Arsitektur Sebagai Benda Hidup
Arsitektur, tidak seperti bidang seni lain, hadir dalam realitas sehari – hari. Arsitektur adalah ruang fisik untuk aktivitas manusia, ya...
https://affifmaulizar.blogspot.com/2012/11/arsitektur-sebagai-benda-hidup.html
Arsitektur,
tidak seperti bidang seni lain, hadir dalam
realitas sehari – hari. Arsitektur adalah ruang fisik untuk aktivitas
manusia, yang memungkinkan pergerakan manusia dari satu ruang ke ruang lainnya,
yang menciptakan tekanan antara ruang dalam bangunan dan ruang luar. Namun,
bentuk arsitektur juga ada karena persepsi dan imajinasi manusia.
Karena
eratnya hubungan antara manusia dan arsitektur inilah maka dalam menghadirkan
arsitektur hendakanya kita sebagai arsitek harus benar – benar mengetahui bagaimana
perilaku manusia yang akan berkenaan dengan karya arsitektur tersebut.
Kata perilaku menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan denagan semua
aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya
ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan
menghasilkan suatu bentuk fisik yang bisa dilihat dan bisa dipegang. Karena
itu, hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku,
namun juga bisa menjadi penghalang terjadinya perilaku.
Dari
keterkaitan yang menimbulkan interaksi bolak – balik inilah dapat dikatakan
arsitektur itu bukan hanya sekedar objek ciptaan manusia berupa benda mati.
Karena dalam ke-eksistensiannya, tidak dapat dipungkiri arsitektur akan hidup
bersama – sama kita sebagai manusia yang akan selalu membutuhkan arsitektur.
Jika
kita dapat hidup dengan rukun dan damai bersama arsitektur yang hidup dengan
kita, tak jarang sebuah karya arsitektur pun akan hidup lama dalam
ke-eksistensiaannya di muka bumi ini. Sebagai contoh adalah hasil – hasil
peninggalan bersejarah yang hidup dalam beberapa perubahan zaman ( generasi ).
Di Jakarta pun masih terdapat
peninggalan bersejarah yang masih
hidup sampai saat ini bersama – sama dengan warga Jakarta, yakni di kawasan
kota tua. Disana dapat kita jumpai karya – karya arsitektur peninggalan orang –
orang tedahulu yang masih bermanfaat bagi kehidupan kita saat ini. Kita ambil
contoh Museum Fatahillah. Dahulu museum ini adalah pusat pemerintahan kota
Batavia yang juga digunakan sebagai penjara bawah tanah untuk para tahanan
pemerintah. Namun, hingga kini sebuah karya yang mengesankan ini juga masih
dapat eksis bersama – sama kita di tengah – tengah kota Jakarta ini, walupun
sudah berubah nilai fungsinya. Saat ini Museum Fatahillah dan juga bangunan –
bangunan lain di Kawasan Kota Tua, selain sebagai objek peninggalan bersejarah
tetapi juga sebagai pemenuh kebutuhan hidup manusia lainnya, seperti; rekreasi,
pendidikan, bahkan hingga profesi pekerjaan ( entertainment, fotografi, dan
lain lain ).
Tetapi
dalam kehidupannya manusia pun tak jarang berbuat kerusakan yang pada akhirnya
akan merusak karya – karya arsitektur yang ada. Kerana manusia dalam
ekosistemnya relatif mempunyai peran yang sangat kecil. Banyak sekali perubahan
yang terjadi di dalam ekosistem tersebut justru berada di luar campur tangan
manusia. Akan tetapi, manusia dapat menjadi sumber masalah karena manusia elalu
menginginkan yang terbaik bagi dirinya sendiri ( sikap antroposentris ) dan
dalam jangka panjang dapat merugikan sesama manusia dan atau lingkungan
fisiknya.