Analogi dalam Berarsitektur
Dalam merancang, ada banyak cara yang digunakan. Salah satunya yaitu dengan merancang secara analogi. Merancang secara analogi mengambil ...
https://affifmaulizar.blogspot.com/2013/03/analogi-dalam-berarsitektur_28.html
Dalam
merancang, ada banyak cara yang digunakan. Salah satunya yaitu dengan merancang
secara analogi. Merancang secara analogi mengambil sumber-sumber bentuk yang
berasala dari alam yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Sumber tersebut
dapat menjadi suatu symbol dari bangunan itu diambil hanya karena pertimbangan
estetika belaka.
- Analogi Matematik
Bentuk arsitektur yang mengambil
sumber bentuk dari angka-angka, geometri, dan bentuk-bentuk dasar matematika
seperti bola, piramida, balok, tabung dan lain-lain. Terkadang dua atau tiga
bentuk-bentuk dasar tersebut dikombinasikan untuk dijadikan bentuk
arsitektural.
- Analogi Biotik
Analogi biotik juga sering disebut
dengan bentuk organik. Analogi biotic adalah berasal dari bentuk-bentuk yang
ada didalam seperti bentuk dari keong, batu karang, bentuk daun, dan lain-lain.
Sumber bentuk dari ala mini sangat banyak dan menunggu daya kreasi arsitek
untuk mengolahnya menjadi sebuah bentuk dari bangunan arsitektur.
- Analogi romantic
Arsitektur harus mampu menggugah
tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk
alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan
yang dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang
mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain).
- Analogi Linguistik
Analogi
linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari tiga cara
sebagai berikut:
a.
Model Tata bahasa
Arsitektur
dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata menurut aturan (tata
bahasa dan sintaksis) yang memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan
tertentu cepat memahami dan menafsirkaa apa yang disampaikan oleh bangunan
tersebut. lni akan tercapai jika ‘bahasa’ yang digunakan adalah bahasa
umum/publik yang dimengerti semua orang (langue).
b.
Model Ekspresionis
Dalam
hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yanng digunakan arsitek untuk mengungkapakan
sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan
‘bahasa’nya pribadi (parole).
Bahasa tersebut mungkin dimengerti orang lain dan mungkin juga tidak.
c.
Model Semiotik
Semiologi
adalah ilmu tentang tanda-tanda. Penafsiran semiotik tentang arsitektur
menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi
mengenai apakah ia sebenarnya dan apa yang dilakukannya. Sebuah bangunan
berbentuk bagaikan piano akan menjual piano. Sebuah menara menjadi tanda bahwa
bangunan itu adalah gereja.
- Analogi mekanik
Analogi mekanik melihat sebuah bangunan seperti halnya sebuah mesin yang digunakan untuk dihuni. Bangunan seperti halnya sebuah mesin yang hanya menunjukkan apa sesungguhnya mereka, apa yang mereka lakukan, tidak menyembunyikan fakta melalui kiasan yang relavan dengan bentuk dan gaya-gaya, atau dengan kata lain keindahan adalah fungsi yang menyatakan apakah mereka itu dan apa yang mereka lakukan.
- Analogi pemecahan masalah
Metoda pemecahan masalah
beranggapan bahwa kebutuhan lingkungan merupakan masalah yang harus
diselesaikan secara analisis. Suatu ciri dari metode pemecahan masalah ini
yaitu prosedur yang seksama dan terpadu. Contohnya seperti karya Zaha Hadid.
Berdasarkan analisis dan prosedur yang seksama dan terpadu. Gender ini diwakili
oleh bangunan yang berbentuk kurva atau lengkung. Yang memiliki kesan yang
dinamis, indah dan eksotis.
- Analogi adhocis
Dimaksudkan untuk menanggapi
kebutuhan langsung dengan cara menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan
tanpa mengarah kesuatu tujuan/ cita-cita atau pedoman apa saja yang dapat
dipakai untuk mengukur rancangan tersebut.
- Analogi Pola Bahasa
Manusia secara biologis adalah
serupa, dan dalam suatu kebudayaan tertentu terdapat kesepakatan untuk perilaku
dan juga untuk bangunan. Jadi, arsitektur harus mampu mengidentifikasi
pola-pola kebutuhan agar dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Pendekatan
tipologi atau pola menganggap bahwa lingkungan perilaku dapat dipandang dalam
pengertian satuan-satuan digabungkan untuk membangun sebuah bangunan.
- Analogi dramatugi
Kegiatan-kegiatan manusia yang dinyatakan
sebagai dan lingkungan buatan yang dianggap sebagai pentas panggung. Terdapat 2
sudut pandang diantaranya yaitu:
a. Sudut pandang actor
Dengan
menyediakan alat-alat perlengkapan dan kesan-kesan yang diperlukan seta
perabot-perabot yang disusun secara teratur.
b. Dari sudut pandang dermawan
Arsitek
menyebabkan orang bergerak kesuatu arah dengan memberikan petunjuk-petunjuk
visual misalnya arsitek dalam dramatugi mengatur aksis penunjangnya,