Biografi Frank Llyord Wright
https://affifmaulizar.blogspot.com/2012/11/biografi-frank-llyord-wright.html
Frank Lloyd Wright
disebut sebagai salah satu arsitek paling kenamaan di era modern, dengan karya
lebih dari 300 desain rumah. Frank Llyord Wright juga menjadi arsitek yang
dikagumi hingga sekarang oleh arsitek-arsitek lain. Saya mencoba mengupas dan
belajar tentang arsitektur Frank Llyord Wright sekaligus menunjukkan beberapa
kualitas desainnya yang mungkin bisa memberikan inspirasi.
Cita rasa arsitektur Frank
Llyord Wright dimulai dengan permainan menyusun balok yaitu ‘Froebel Blocks”
merupakan permainan dan metode pendidikan untuk anak-anak. Permainan ini kelak
memberikan inspirasi pada intuisi spasial Frank Llyord Wright untuk
karya-karyanya, Permainan ini mengajak anak-anak memahami ruang dalam skala
kecil dengan menyusun balok-balok dalam berbagai bentuk, dalam hal ini mengasah
kepekaan mereka akan konsekuensi ruang akibat penyusunan dan penataan balok.
Pengalaman masa kecil Frank L. Wright seperti berpindah-pindah rumah,
perceraian orang tua, serta bekerja di ladang milik pamannya boleh jadi turut
memberikan pemahaman tentang kesatuan keluarga dan ‘arsitektur organis’ dengan
bagian-bagian rumah yang merupakan metafora bagian-bagian tubuh manusia seperti
jantung,
paru-paru, dan sebagainya yang memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Kesamaan dengan arsitektur ‘metabolism’ yang dikembangkan arsitek-arsitek Jepang pada masanya adalah bahwa bagian-bagian bangunan ini bekerja sama seperti mesin hidup dalam ‘arsitektur organis’. Pendidikan Frank L.Wright tidak lulus SMU, tapi mengikuti kursus atau magang arsitektur pada Sullivan-Adler architect sebelum akhirnya membuka kantornya sendiri.
paru-paru, dan sebagainya yang memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Kesamaan dengan arsitektur ‘metabolism’ yang dikembangkan arsitek-arsitek Jepang pada masanya adalah bahwa bagian-bagian bangunan ini bekerja sama seperti mesin hidup dalam ‘arsitektur organis’. Pendidikan Frank L.Wright tidak lulus SMU, tapi mengikuti kursus atau magang arsitektur pada Sullivan-Adler architect sebelum akhirnya membuka kantornya sendiri.
Karya pertama Wright
yaitu Rumah pribadinya di Oak Park illinois sudah menunjukkan kualitas desain
yang dimiliki FL Wright dengan perpaduan garis bidang yang cukup menakjubkan.
Dari luar atapnya terlihat memiliki kemiringan yang tajam dan sangat berbeda
dari jenis arsitektur ‘Victorian’ yang berkembang saat itu sebagai jenis
arsitektur yang digemari. Model ini bila dibandingkan dengan kondisi di
Indonesia seperti jenis arsitektur baru yang menjadi pembanding perubahan
mendasar untuk jenis arsitektur ‘umum’ seperti gaya arsitektur Klasik atau Mediterania.
Baik pada eksterior
maupun interior design-nya, Frank L.Wright banyak bermain dengan unsur bidang
dan garis dengan jenis arsitektur yang 'hangat' terlihat dari desain yang
menyeluruh dari bentuk rumah, interior hingga perabot yang paling kecil seperti
meja kursi, bentuk lampu, dan sebagainya. Hal yang paling menarik selain bentuk
bangunan adalah penggunaan ornamentasi yang - disebut ataupun tidak - selaras
dengan semangat 'art deco' yang belum diklaim sebagai gaya arsitektur yang
cukup terorganisasi. Penggunaan dekorasi bervariasi dari berbagai dekorasi yang
terinspirasi dari bentuk-bentuk dekorasi primitif seperti hiasan Aztec-Inca
(ini menurut pengamatan pribadi saya).
Kekuatan utama
arsitektur Frank L.Wright adalah 'craftmanship' atau pertukangan yang jenius,
serta detail yang selaras dari bagian terbesarnya (bentuk rumah) hingga ke
detail terkecilnya (perabot), membentuk kesatuan arsitektur dan interior yang
terintegrasi dan custom made. Melihat pada bentuk arsitektur rumah desain Frank
L. Wright bagi saya pribadi seperti sebuah 'furniture besar' daripada sebuah
arsitektur rumah yang monumental tapi tanpa arti. Furniture dalam arti yang
sangat 'liveable' atau nyaman ditinggali.
Pada desain denah
bangunan, FL Wright menggunakan prinsip ‘arsitektur organis’ dengan
bagian-bagian yang tumbuh dan menjalar dari sebuah rumah, dimana setiap bagian
diibaratkan seperti organ tubuh yang saling membutuhkan satu sama lain.
Pandangan Wright tentang pengaturan ruang berangkat dari statement arsitektur
modern Louis Sullivan yang terkenal “Form follows Function” yang berarti bentuk
mengikuti fungsi. Disempurnakan oleh Wright bahwa fungsi masing-masing bagian
bangunan harus berinteraksi layaknya bagian tubuh. Salah satu konsekuensi
prinsip ini adalah bahwa arsitektur modern memiliki tendensi untuk mengikuti
fungsi tanpa memperhatikan estetika.
Namun Wright yang
selalu ingin lebih maju dari masanya berpendapat bahwa fungsi harus dibarengi
dengan estetika, dimana estetika ini menjadi jiwa dari sebuah ruang arsitektur.
Terutama setelah mengamati arsitektur di Jepang yang pada saat itu merupakan
salah satu inspirasi dari arsitektur modern, Wright memahami bahwa satu
bangunan adalah kesatuan yang utuh dari bentukan paling besar hingga detail
terkecilnya. Satu bangunan besar dengan estetika yang baik harus didukung oleh
detail yang selaras, menjadi kesatuan dalam karya seni. Bila sebuah bangunan
dari bentuk terbesarnya baik tapi saat dilihat detailnya memiliki estetika yang
tidak selaras, maka masing-masing bagian itu tidak bisa menyatu dan berdiri
sendiri-sendiri, dalam arti keseluruhan bangunan tidak menjadi satu kesatuan karya
seni.
Prinsip keselarasan
itu yang membuat bangunan Frank L.Wright terlihat konsisten dari bentuk
terbesar hingga ke bentuk terkecilnya. Penggunaan geometri yang selaras
membuahkan bangunan dengan detail ornamentasi yang selaras dengan konsep
keseluruhannya. Konsistensi itu membuahkan karya yang selaras, tapi juga bisa
diprediksi (sayangnya), dalam hal ini pengetahuan tentang material baru dan
batas potensi penggunaan material dalam sistem konstruksi adalah ‘Cutting Edge’ atau inovasi dalam desain
Frank L.Wright.
Karena itu Wright
cenderung untuk memperhatikan detail dan potensi material, dimana ia banyak
melakukan eksperimen dengan material baru untuk tetap melampaui masanya.
Barangkali saat ini semua teknologi yang digunakan Wright dalam karyanya bisa
kita pahami tapi saat itu boleh jadi bagi Wright adalah eksperimen yang selalu
mendahului masanya. Tak heran bila banyak bangunan yang didesain FL Wright
harus mengalami kerusakan, atap bocor, dak beton yang turun/ tidak kuat, dan
sebagainya. Dalam hal ini Wright mengakui bahwa ia memang ingin mengetahui
bagaimana material bisa didorong hingga potensi tertingginya untuk mencapai
arsitektur yang diinginkannya. Keadaan ini seringkali menimbulkan kritik atas
karya-karya Wright.
Salah satu keunggulan
dari arsitektur Wright adalah caranya mengoptimalkan material dengan Craftmanship/pertukangan
jenius dimana material yang hadir dengan cara biasa bisa didesain dengan cara
luar biasa. Dengan cara ini arsitektur bisa hadir menjadi sesuatu yang lebih.
Meskipun dipandang sebagai karya-karya fenomenal, karya Frank L.Wright
seringkali tidak hadir dalam skala atau kondisi arsitektur yang ‘Monumental’, tapi dibuat dengan skala
manusiawi dengan kelebihan bahwa arsitektur ini bisa disentuh, diraba, dilihat,
dan didengar dalam skala manusia. Coba bandingkan dengan arsitektur monumental
seperti desain Guggenheim Bilbao karya Frank Gehry, kita harus mengetahui
konteks keseluruhan bangunan untuk mendapatkan ‘Sense of Aesthetic’ nya, tapi karya Frank L.Wright merupakan karya
yang indah dari sisi skala yang sangat humanistic, hal ini selaras dengan ‘Le
Modulor’ nya LeCorbusier.
good job
ReplyDelete