Bintang
https://affifmaulizar.blogspot.com/2016/10/bintang.html
Sang bintang memenuhi gelapnya malam. Jutaan bahkan milyaran partikel terang menyinari jagat semesta. Namun bintang itu tak secerah malamku ini. duduk disebuah kursi santai, mengamati langit gelap. Berharap bintangku tak pergi meninggalkanku malam ini. itulah yang kuharapkan.
***
Aku adalah gadis yang berumur 13 tahun 4 bulan, berambut hitam sebahu yang hanya terikat oleh bando. Kaos biru berlengan pendek berbahan katun, bersablon “I am the One” dan Celana cino berwana coklat muda menutupi tubuhku.
Malam ini merupakan malam yang cerah. Aku hanya Memandang lurus kepada langit yang gelap nan berbintang. Air mata terus mengalir karena menolak niat dari ayahku yang akan pergi keluar negeri malam ini untuk dipindah-tugaskan oleh perusahaan.
***
Disisi lain. Sebuah pintu kamar terbuka pelan. Seorang pria berumur 38 tahun masuk kedalam kamar gadis. Berjalan pelan melihat disekeliling kamar untuk mencari putrinya. Terasa angin malam tertiup kedalam, tersadar bahwa pintu balkon terbuka. Pria itu berjalan menuju balkon tersebut dan membukakan pintu. Akhirnya dia berhasil menemukan putrinya itu sedang duduk disana. Pria itu memperhatikannya yang melihat awan dengan pandangan yang lurus tanpa berkedip.
Pria itu duduk dikursi yang berada disebelah putrinya. Melihat langit mengikuti seperti yang anaknya lakukan. “sejak kecil ayah pernah bermimpi tentang bintang. Didalam mimpi itu, bintang adalah seorang teman. Tak peduli seberapa jauh jaraknya, dia akan akan selalu ada menemani malam. Sangat indah jika keduanya saling melengkapi” kata pria itu menjelaskan bagaimana mimpi kecilnya kepadaku.
“Sang bintang adalah penerangku dikala kumerasa gelap” jawabku yang masih melihat lurus kearah langit. Suasana semakin kaku, angin mulai berhembus kecil, sangat terasa dinginnya hingga ketulangku. Dedaunan dipepohonan bernyanyi sendu dan suara jangkrik mulai berdengung ditelingaku. “Namun selalu ada saatnya bintang itu tidak hadir menemanimu” jawab pria itu yang masih tidak merubah pandangannya.
Mendengar perkataanya, aku mengalihkan pandangan kearah ayahku itu. “Tidak akan pernah. Sang bintang adalah sahabat dan dia tidak akan pernah beranjak pergi begitu saja, walaupun dirinya terhalang oleh apapun” jawabku bernada keras kepadanya. “Tapi ayah tidak bisa menjadi bintangmu saat ini, nak. Ayah harus tetap ada, tapi tidak untuk saat ini denganmu” jawab ayahku yang memalingkan wajahnya dan melihatku dengan mata penuh harapan untuk merelakannya pergi.
“Ayah harus tetap disini bersamaku, menemaniku dan menjagaku. Apa ayah ingin pergi seperti yang dilakukan ibu kepadaku?” kumemaksanya untuk tetap tinggal dengan mengaitkan kepergiannya seperti yang dilakukan ibu kepadaku. “Tidak, ayah akan kembali. Ayah berjanji kepadamu” ayahku menggelengkan kepalanya dan berjanji kepadaku.
“kapan..?”tanyaku seraya melihatnya dengan penuh pengharapan agar dia cepat kembali. Ayahku membalikkan wajahnya kembali melihat langit. “kamu melihat rasi bintang itu?” tunjuknya sambil mengarahkan telunjuknya kearah sebuah rasi bintang Chamaeleon. “itu adalah rasi bintang yang hadir malam ini. ingatlah, jika rasi bintang itu hadir lagi maka ayah sudah berada dirumah bersamamu. Sama seperti momen ini” jelas ayahku menambahkannya setelah menunjuk rasi bintang itu.
“ayah ingin pergi selama itu? Ayah kejam…!!! Jika kau ingin pergi pergilah” Jawabku dengan nada keras kepadanya. Tak ingin mendengar penjelasannya lagi, aku membangunkan diri dan kembali kekamarku. Ayahku yang tak ingin aku pergi dari percakapan itu, hanya terlihat mencoba meraih tanganku saatku berlari meninggalkannya. “ayah tak bisa pergi seperti ini” ayahku menegur saat aku meninggalkannya sendiri dibalkon. “maka dari itu, aku akan terus membuat ayah tetap berada disini” jawabku memutuskan percakapan dengannya.
***
Air mataku terus mengalir. Setiba dikamar, aku melemparkan diri kekasur dan memeluk sebuah bantal. Kutanamkan wajahku disana. Sementara itu, ayah yang melihatku pergi meninggalkan percakapan, mencoba bangkit dan menyusulku kekamar. Duduk dipinggiran kasur dan tangannya membelai kepalaku. “aku sangat menyayangimu lebih dari apapun didunia ini. aku berjanji. Aku akan kembali…… aku akan kembali…… aku akan kembali” tiga kata itu terulang ulang dan mulai memudar menjauhiku.
***
Aku sangat marah padanya namun aku juga tak ingin dia pergi meninggalkanku bersama kakakku. Tidak terdengar lagi suaranya. Aku tersadar dan bangkit. Turun dari kamar ku. Ternyata ayahmu sudah menjauh dariku. Hanya kakakku yang berdiri disana, melihat ayahku pergi. Aku hanya bisa mengejarnya. Namun tak mampu. Kakakku menahanku disini. Kurasa aku harus merelakan ayah pergi hingga bintang itu muncul kembali.