Kabut
https://affifmaulizar.blogspot.com/2016/10/kabut.html
“Sruupppp…” suara kerikil yang terhempas dari permukaan bebatuan akibat dari dorongan berlebihan saat kuberhenti berlari. Jika tidak kulakukan, aku akan terperosot jatuh kejurang yang sangat dalam itu. Kumenarik diri dari tepi jurang dan melihat kearah utara, dari kejauhan seorang yang dicurigai sebagai tersangka berlari kearah hutan yang tertutupi oleh kabut tebal.
***
Jantungku berdegup kencang, mencoba memperbaiki hembusan nafasku. “Beep …!!!” Suara Walkie talkie disaku mantelku, terdengar kabar dari salah satu tim pemburudari arah selatan memberikan informasi bahwa mereka sudah tidak bisa melanjutkan pencarian di bagian timur dan selatan dikarenakan terdapat jurang yang sangat dalam. Mereka beranggapan bahwa tidak mungkin seorang yang dicurigai itu melewati jurang tersebut.
***
Mendengar informasi itu kumencoba memberikan perintah kepada tim pemburu dibagian barat, timur dan selatan untuk kembali kearah utara. Namun sinyal radio tidak bisa menjangkau mereka yang berada jauh 5 kilometer dan terhalang oleh medan perbukitan serta hutan yang cukup padat. Perasaan ini mulai gelisah, merasa sendirian atas pekerjaan dan tanggung jawab berat ini. Terlintas dibenakku bayangan dari rekan-rekanku yang telah tewas saat pemburuan itu berlangsung selama 3 jam lalu. Rasa ingin membalas dendam mulai merusak akal sehatku untuk menemukan bajingan itu.
***
Matahari semakin tenggelam, terlihat gradasi antara biru terang dan gelap pertanda bahwa hari mulai gelap, telihat ribuan koloni kelelawar keluar dari sarangnya untuk menyambut akan hadirnya malam. kuberanikan diri untuk menuruni lereng curam ini. Sesampai dipermukaan, Tangan kananku segera meraih revolver kal.38 dan mengisi penuh dengan 4 butir peluru terakhirku. Tangan kiriku meraih dan menyalakan sebuah senter hitam mini kemudian kuluruskan tangan kananku dan melekuk tangan kiriku bersamaan menindihkan senter yang sudah kugenggam erat dibawah senjata dan langsung mengarahkannya ke arah hutan.
***
Kuberjalan perlahan mulai memasuki hutan, terlihat hutan ini penuh pepohonan jati yang telah keguguran seluruh dedaunannya. Saat ini memang sedang dilanda musim gugur, banyak pepohonan tua telah kehilangan selimutnya. Kembali fokus dalam pemburuan, Kumulai mengarahkan senjata kesetiap sudut dan sisi yang kulewati. Pandanganku mulai tak karuan, jarak pandang terasa semakin terbatas, kuhanya dapat melihat radius 4 meter saja.
***
Stres mulai melanda mentalku didalam balutan kabut ini, mencari seorang buronan dan juga pembunuh rekan-rekanku. Kumerasa bersalah, karena tidak bisa melindungi mereka. Tekanan-tekanan itu mulai menjelma difikiranku menjadi keputusasaan. Tidak tahu lagi, harus berbuat apa untuk bisa menemukan bajingan itu. Pandangan ini berubah menjadi ilusi, setiap kumelewati setiap pepohonan disekitar, pandanganku hanya terlintas bayangan si pembunuh dari setiap barisan pepohonan itu.
***
Tubuh ini mulai terasa lelah, nafasku membara, dada terasa sesak, amarah hanya bisa terpendam didalam balutan kabut ini, tidak bisa bergerak maju dan tidak bisa kembali, tak bisa melampiaskannya lagi, kabut ini menjadi pelindung baginya untuk bersembunyi dari amarahku, keyakinanku mulai pudar, pasrah akan keadaan yang memaksa jiwa ini untuk berhenti. Kutersesat didalam putih, tidak ada lagi celah dalam pemburuanku.
Mencari hanya memburamkanku, mencari hanya memudarkanku, mencari hanya membuatku merasa semu, kabut engkaulah batasanku.
#Kabut